LesQ: Bimbel untuk Mahasiswa yang Butuh Waktu Belajar Extra

Contents

Mengikuti bimbingan belajar sudah umum dilakukan untuk siswa di bangku SD, SMP, dan SMA. Tapi kenapa ya, bimbingan belajar untuk bangku kuliah jarang ada? Untungnya, ada Al dan tim LesQ. Baca kisah mereka merintis bimbel khusus untuk mahasiswa ini yuk!

Kenapa bimbel untuk mahasiswa tidak ada?

Sebelum itu, cari tahu apa itu bimbel dulu yuk!

Bimbel untuk mahasiswa

Bimbingan belajar (bimbel) adalah kegiatan pembelajaran akademik di luar jam belajar sekolah yang dilakukan bersama mentor khusus. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk membantu siswa memahami suatu mata pelajaran lebih dalam agar mendapat prestasi atau nilai yang lebih optimal di sekolah. Dengan jumlah murid yang jauh lebih sedikit dari kelas di sekolah, metode pengajaran juga bisa lebih intensif karena mentor bimbel akan memiliki waktu lebih untuk mengajari muridnya satu-persatu.

Lembaga bimbingan belajar ada banyak jenisnya dan tersebar di seluruh Indonesia. Dari tingkat Sekolah Dasar, SMP, hingga SMA. Kurikulum yang digunakan di sekolah juga tentunya sama dan mengikuti kurikulum pemerintah, sehingga materi bimbel dan sekolah bisa sejalan. Poin plus dari kegiatan ini adalah, biasanya bimbel memberikan cara cepat untuk mengingat suatu materi, atau rumus cepat untuk menyelesaikan sebuah soal.

Bagi mahasiswa yang semasa sekolahnya pernah merasakan bimbel, pasti merasa rindu kan dengan metode belajar seperti di bimbel? Masalahnya, di bangku kuliah, semua mahasiswa memang diajar untuk berpikir kritis. Sehingga, mereka harus mencari tahu sendiri bagaimana metode paling efektif untuk belajar. Padahal, di bangku kuliah ini lah beban materi pembelajaran sedang berat-beratnya. Apalagi bagi mereka yang juga sibuk berorganisasi bahkan sudah bekerja part time.

Wah, kalau ada bimbel untuk mahasiswa, pasti membantu sekali ya?

Pasti dong! Berangkat dari pemikiran ini lah, Yusuf Al Rashid Dahlan (Al) dan teman-temannya memiliki ide cemerlang. Sebagai seorang mahasiswa yang juga memiliki problem sama, Al ingin membantu teman-temannya dan juga dirinya sendiri yang kesulitan catch up dengan materi perkuliahan dengan menggerakan startup bimbel mahasiswa pertama di Indonesia yang bernama: LesQ!

Meet LesQ, your friendly studying friend!

Simak awal mula, proses, dan tantangan Al membangun LesQ.

Logo lesq
Sumber : Lesq

LesQ adalah startup bimbel mahasiswa dengan konsep yang diadaptasi dari lembaga bimbingan belajar tingkat sekolah. Saat membangun LesQ, Al memiliki visi untuk menjadikan LesQ teman belajar paling friendly bagi mahasiswa se-lndonesia yang merasa kesulitan secara akademik.

Awal Mula

Diawali dari keresahan diri sendiri dan teman-temannya yang merasa kesulitan untuk memahami materi perkuliahan, Al memiliki mimpi untuk mendirikan startup yang dapat membantu mahasiswa dalam pemahaman materi kuliah. Ia merasa bahwa lembaga bimbel untuk mahasiswa ini bisa menjadi potensi besar, apalagi mengingat bahwa masih jarang bahkan belum ada lembaga bimbingan belajar untuk mahasiswa di Indonesia.

Sebagai bimbel mahasiswa, LesQ memberi fasilitas untuk para mahasiswa dengan jadwal yang padat untuk tetap bisa mengikuti mata kuliah. Karena faktanya, tidak semua mahasiswa nyaman untuk belajar secara individu. Mereka membutuhkan teman atau tutor untuk membantu menerjemahkan materi yang ada di modul perkuliahan agar bisa dipahami. Tidak hanya materi kuliah, LesQ juga bisa menjadi platform bagi mahasiswa dan tutor untuk sharing seputar perkuliahan.

Proses Pengembangan

Melihat potensi, Al dan tim menggunakan blue ocean strategy untuk mengembangkan LesQ. Menurut jurnal.id, Blue ocean strategy adalah strategi yang dimana sebuah perusahaan tidak diposisikan untuk memenangkan persaingan secara head-to-head dengan kompetitor. Strategi ini cocok dilakukan LesQ, mengingat saat dibentuk, belum ada platform lain yang menawarkan solusi yang sama.

Saat awal terbentuk, bimbel mahasiswa ini menargetkan mahasiswa yang resah dan stress akan kuis dadakan atau ujian-ujian mendatang. Dibimbing oleh tutor-tutor yang diseleksi dengan ketat, LesQ ingin membuat mahasiswa menjadi lebih tenang untuk menyambut kuis dan ujian. Sifat kelas yang interaktif pun ditujukan agar mahasiswa lebih nyaman untuk bertanya pada tutor. Sehingga, tidak hanya materi kuliah, mahasiswa juga bisa mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam soal dunia perkuliahan lewat tutor.

Tantangan

Dengan tidak adanya kompetitor, apakah lantas perjuangan Al dan tim LesQ juga mulus? Tentu saja tidak. Walaupun memiliki target pasar yang jelas dan sangat potensial dan minimnya tingkat persaingan, pastinya ada effort lebih yang juga harus mereka usahakan.

Menurut Al, sang CEO dan Founder LesQ, tantangan terbesar yang dihadapi saat menjalankan LesQ adalah pada perbedaan kurikulum jurusan antar kampus.

“Kalau sekolah (SD/SMP/SMA) kurikulum hanya satu, untuk semua sekolah di Indonesia. Sedangkan kurikulum kuliah setiap universitas amat beragam.”  tutur Al.

Misalnya, mahasiswa A dan mahasiswa B sama-sama dari jurusan Ilmu Administrasi. Tetapi, karena berasal dari dua kampus berbeda dan memiliki kurikulum yang berbeda, bisa jadi materi yang diajarkan tutor tidak related untuk diaplikasikan saat mereka ujian nanti.

Selain hal ini, tentu saja banyak tantangan lain yang dihadapi oleh Al untuk merintis bimbel mahasiswa ini. Terlebih lagi sebagai seorang founder startup yang pasti memiliki beban lebih berat di pundaknya. Untungnya, Al menemukan jalan yang tepat saat bertemu Startup Campus!

Baca juga : SPAIRUM: Startup Ramah Lingkungan, Penghilang Dahaga Mahasiswa!

LesQ & Startup Campus are destiny!

Ini kisah Al setelah mengambil kelas Founder di Startup Campus.

Al adalah peserta Startup Campus Batch 2 dengan pilihan kelas/trek The Founder. Di kelas ini, Al belajar secara mendalam tentang cara membangun startup, memvalidasi ide bisnis, riset pasar, hingga pitching di depan investor. Ilmu yang dipelajari Al di sini lah yang nantinya akan jadi bekal untuk diaplikasikan saat membangun dan merencanakan bimbel mahasiswa-nya, LesQ!

Selama belajar di Startup Campus, Al merasa semua pelajaran sangat penting karena materi-materi yang didapatkan hampir tidak temukan di tempat lain. Mengutip dari interview Startup Campus bersama Al, dengan semangat ia berkata:

“Mahasiswa yang ingin merintis startup harus banget pake kata WAJIB buat ikut Startup Campus karena kurikulumnya lengkap, relate, dan daging parah. Aku yakin setelah lulus kita bisa menjadi founder yang baik!”

Maksud “daging” yang dimaksud Al adalah, kurikulum Startup Campus itu bikin kenyang alias berbobot. Trek The Founder sendiri memiliki beberapa poin pembelajaran yang masuk di kurikulumnya. Diantaranya adalah:

  1. Foundational Thinking Framework
  2. Startup 101
  3. Customer Discovery
  4. Customer Validation
  5. Fundraising
  6. Legal
  7. Finance
  8. Capstone Project

Materi-materi ini akan diajarkan secara mendalam oleh speaker/mentor yang memang sudah ahli di bidangnya atau memang sudah bekerja menjadi praktisi. Contohnya Achmad Zaky, founder Bukalapak dan Achmad Zaky Foundation. Selain materi dan mentor yang berkelas, peserta Startup Campus juga pastinya akan mendapat benefit. Apa saja benefit-nya?

Benefit Jadi Peserta Startup Campus

  1. Kesempatan mendapatkan pendanaan proyek
  2. Mendapat pengajar praktisi terbaik
  3. Sertifikat kompetensi
  4. Dukungan karier
  5. Networking dengan investor mitra Startup Campus
  6. Akses materi pembelajaran seumur hidup

Baca juga : Salah Jurusan Kuliah? Jangan Nyesel, Ada Aksel!

Now let’s build your own startup!

Jadikan kisah Al & LesQ inspirasi kamu.

Kini saatnya kamu yang unjuk diri. Wujudkan impian kamu jadi founder dengan persiapkan diri dari sekarang!

Startup Campus membuka trek The Founder untuk kamu yang punya mimpi besar namun masih takut untuk memulai. Ambil langkah perlahan dari awal agar bisa #MahirDigital di masa depan!

Informasi selengkapnya tentang trek The Founder bisa kamu akses di sini. 

Bella Sheilaturahmi Arifin
Halo saya Bella Sheilaturahmi Arifin. Saya adalah penulis konten di website Startupcampus.id. Senang bisa berbagi!

Bagikan Artikel

Share on whatsapp
Share on telegram
Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin
Share on email
Subscribe
Notify of
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x